Bagi generasi Z, bekerja bukan hanya tentang gaji atau jabatan. Lebih dari itu, mereka ingin hidup yang seimbang, bisa berkembang secara profesional tanpa kehilangan diri sendiri.
Gen Z tumbuh di era digital yang cepat dan penuh tekanan. Mereka melihat bagaimana generasi sebelumnya terjebak dalam budaya lembur tanpa batas. Kini, mereka ingin sesuatu yang berbeda — pekerjaan yang memberi ruang untuk hidup.
Namun, meski banyak yang sepakat bahwa work-life balance penting, tidak semua tahu cara memintanya dengan tepat. Terutama jika kamu masih baru di kantor, atau bekerja di perusahaan dengan sistem kerja yang kaku.
Berikut beberapa langkah agar kamu bisa memperoleh keseimbangan kerja dengan profesional dan efektif:
1. Tentukan Apa Arti Keseimbangan Hidup Bagimu
Keseimbangan kerja dan hidup itu sangat personal. Ada yang merasa cukup dengan jam kerja fleksibel, ada yang butuh waktu untuk istirahat mental, ada juga yang ingin bisa bekerja jarak jauh sesekali.
Sebelum menyampaikannya ke atasan, refleksikan dulu:
- Apa yang membuatku merasa terlalu lelah belakangan ini?
 - Perubahan seperti apa yang bisa membuatku lebih fokus dan bahagia bekerja?
 - Apakah aku butuh waktu, fleksibilitas, atau kejelasan peran?
 
Semakin spesifik kebutuhanmu, semakin mudah juga atasan memahami dan mempertimbangkan permintaanmu.
2. Sampaikan dengan Percaya Diri dan Bahasa Positif
Minta keseimbangan bukan berarti kamu tidak ambisius — justru sebaliknya, kamu peduli pada kinerja jangka panjangmu.
Gunakan bahasa yang positif dan berorientasi solusi. Misalnya:
“Saya merasa bisa memberikan hasil yang lebih baik kalau ada sedikit fleksibilitas dalam jam kerja. Apakah memungkinkan untuk membahas opsi itu?”
Dengan cara ini, kamu menunjukkan bahwa tujuanmu bukan menghindari pekerjaan, tapi menciptakan cara kerja yang lebih efektif dan sehat.
3. Pilih Waktu yang Tepat untuk Membicarakannya
Timing itu penting. Sampaikan permintaanmu setelah kamu menunjukkan komitmen dan hasil kerja yang baik.
Gunakan momen seperti evaluasi kinerja, one-on-one meeting, atau saat membahas target ke depan. Dengan begitu, konteksnya akan terasa lebih profesional dan konstruktif.
4. Tegaskan Batasan yang Sehat — dan Disiplin Menjaganya
Kamu bisa mulai dari hal sederhana: menonaktifkan notifikasi kerja setelah jam kantor, tidak membuka email di akhir pekan, atau memanfaatkan cuti dengan penuh.
Menetapkan batasan bukan berarti kamu tidak peduli, tapi kamu tahu kapan waktunya bekerja dan kapan waktunya mengisi ulang energi.
5. Tunjukkan Dampak Positif
Cara terbaik untuk meyakinkan atasan adalah dengan bukti nyata. Saat kamu tetap produktif, konsisten, dan bisa bekerja dengan energi penuh, atasan akan melihat bahwa keseimbangan hidup justru meningkatkan performa kerja.
6. Cari Lingkungan yang Mendukung Keseimbangan
Tidak semua perusahaan punya budaya kerja yang sama. Kalau kamu terus merasa burnout, mungkin saatnya mencari tempat yang lebih menghargai keseimbangan.
Pilih perusahaan yang:
- Memiliki kebijakan kerja fleksibel
 - Mendukung kesehatan mental
 - Memiliki pemimpin yang memberi contoh sehat soal batasan kerja
 
Keseimbangan bukan hanya tanggung jawab pribadi, tapi juga budaya yang dibangun bersama di lingkungan kerja.
Kesimpulan
Generasi Z tidak menolak kerja keras — mereka hanya ingin kerja yang bermakna dan tidak mengorbankan hidup pribadi.
Meminta keseimbangan hidup bukan tanda kelemahan, melainkan tanda kesadaran diri. Saat kamu menjaga dirimu dengan baik, kamu juga bisa memberikan hasil terbaik bagi perusahaan.